Suatu hari merpati terbang mencari cinta. Ketika lelah, ia pun hingap didahan perindu. Nun di bawah sana, tampak olehnya sebuah taman yang indah dan asri. Merpatipun terbang menuju taman, berputar-putar mengelingi taman dengan perasaan kagum akan pesona taman yang elok menawan.
Hingga pada suatu titik, ia berhenti berputar. Tampak olehnya sekuntum mawar putih, mekar sendirian. Sungguh elok. Sungguh cantik. Sang mawar putih laksana bidadari yang turun dari kayangan. Terkagum, merpati terpesona akan keindahan sang mawar putih.
Seketika merpati jatuh cinta pada sang mawar putih. Merpatipun terbang mendekati sang mawar putih. Ia berusaha mengungkapkan perasaan cintanya pada sang mawar putih. Tapi mawar putih menolak cinta sang merpati. Ia mengatakan bahwa ia takkan pernah bisa mencintai sang merpati.
Remuk redam hati sang merpati. Ia pun terbang dan mematahkan sayapnya di angkasa biru. Setelah mematahkan sayapnya, sang merpati terbang menusuk cakrawala jingga. Darah mengalir dalam kepakannya, jatuh menetes pada sang mawar putih hingga sampai menjadi merah.
Akhirnya sang mawar sadar betapa besar cinta sang merpati kepada dirinya. Tapi semua terlambat, karena sang merpati takkan kembali lagi ke dunia. Sang merpati terkapar di taman nan elok itu. Bertabur bunga kesedihan yang berwarna merah. Kepaknya tak bisa menjangkau cakrawala jingga. Ia jatuh ke bumi dalam linangan duka merapuh.
Sang mawar putih yang telah menjadi merah tertunduk haru. Penyesalan adalah durinya. Air mata adalah embunnya. Kesedihan adalah kesendiriannya. Sang mawar meraju dalam sesal. Ia mekar dan layu dalam kesendiriaanya. Batang berduri adalah perisai cinta yang kandas dalam keangkuhan cinta sejati.
*** hargailah siapapun yang mencintaimu, sebelum dia pergi untuk selamanya ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar