Translate

Jumat, 21 Januari 2011

Kisah Sekuntum Bunga



ini kisah sekuntum bunga
yang mekar berseri dibasuh sang hujan
semerbak wangi hamburkan keindahan
alirkan dimensi kesejukan sejati

ini kisah sekuntum bunga
yang mekar di atas kematian
tumbuh sendiri pada inang yang lapuk
diantara rimbun belantara ilalang

ini kisah sekuntum bunga
bermahkotakan kuning keemasan
walau mekar hanya sendiri
tetap tegar bersemi tebarkan keindahan

Selasa, 11 Januari 2011

"MELATI PUTH"



ada setangkai bunga
yang daunnya hijau
semerbak mewangi
terputih dari yang putih

ini kisah sekuntum bunga
kecil indah mewangi
berduri sekitar tubuhnya
sebagai pelindung diri

" SECANGKIR KOPI MALAM "




senja tergantikan malam
semakin larut semakin sepi
hanya kepulan asap rokok
tergambar di dinding kelam
menari bagaikan guratan resah yang terpatri


PADA SEBUAH AKHIR

 





telah lama rasa ini ada
sebuah kebosanan sejati
bertemankan ketakmampuan semu
ketika penat penuhi hati
dalam resah yang baluri kalbu

telah lama rasa ini datang
tapi tak pernah ku pedulikan 
karena ku berharap kebahagian
yang bertajuk ketentraman
tapi...
lacur...

kebosanan semakin memuncak
kejenuhan seakan meraja sesak
semakin ku tahan
semakin kuat melawan
dan...
pada akhirnya aku mengalah

rasa yang tak ku inginkan
telah menguasai seluruh nadi ku
sehingga ku terkapar pada waktu
menatap kosong layar-layar putih

pada dinding ini ku berkeluh
hujamkan semua perasaan
benamkan segala rindu sepih
ku kalungkan kenistaan hitam

maafkan aku duhai cakrawala
sementara ini ku takkan menyapa mu
karena ku kan pergi bersama Sang Sepi
menuju keheningan berselimut resah
diantara pelukan bidadari-bidadari pelangi

maafkan aku wahai kalam
ku hentikan karsa pada koma
karena ku tak sanggup tuk mencapai titik
ketika tangan-tangan ini lemah tak berdaya
pada sejuta narasi yang tak pernah selesai

kini...
ku kan pergi menuju awan kelam
bersembunyi bersama kesepian
yang bermahkotakan galau tak bernyawa
diantara taburan zambrud kejenuhan

pada sebuah akhir
sebuah cakrawala jiwa yang terkapar
bersama keresahan Sang Sepi

maaf.....

Sabtu, 01 Januari 2011

"Status Siang"

 
ketika langit bermuram,
seakan tak rela hari berganti,
hitamkan awan dengan kelamnya,
berarak mengitar bersama angin

derai-derai hujan yang mulai turun,
kibaskan siang pergantian tahun,
kurungkan hasrat bermain di luar,
berdiam di dalam kamar kecilku...

bertemankan kepulan asap rokok,
beradu dalam dawai secangkir kopi hangat,
ku lantunkan puisi kesenyapan,
yang mengalun tanpa arah...

di kejauhan mulai terdengar,
gema adzan yang berkumandang,
hentikan lamunku tuk berkarya,
tunaikan kewajiban menghadap Sang Khalik..

siang ini dibalik derai gerimis,
ku kalungkan sepi dalam rinai rindu,
entah pada siapa..
yang ku tahu ada kehampaan dihati ini

bertemankan kepulan asap rokok,
bersama secangkir kopi yang tlah dingin,
ku coba tuk untaikan kata kesendirian,
yang tergores resah di relung hati..

dan masih ku tatap cakrawala kegelisahan

SAJAK SEPI


telah berbatu jarak ku tempuh 
untuk mencari kebahagiaan
namun...
tak juga ku temukan rasa itu 
dalam diriku 

ku telah berlari 
melalui gunung dan lembah 
tapi tak ada tanda kebahagiaan 
yang hadir dalam diriku 

kemanakah ku harus mencari? 
bilakah ku temukan rasa itu?

sendiri,
ku rasakan hidup ini berwarna di dalam kesepian,
bagaikan sayur yang kurang garam,
ada yang hilang dalam warna kehidupanku.
waktu yang terus berjalan,
tapi hidup ini masih kosong dan tetap kosong,
tak bisa menentukan pilihan,
karena tak ada yang harus ditentukan.

hanya pada bait ku bertutur,
bercerita tentang kesendirian yang sepi,
bercengkrama pada tulisan sendiri,
tanpa ada tuntunan yang mengoyak sepi.

KESEPIAN DI AWAL TAHUN


ada tangis 
tak berujung bahagia
tersedak diam
dalam bara sepi

air mata
seperti tetes sendu
mengalir berarah
menuju ke bawah

ya...
tak terpikir
tak terkira
hidup ku
kini menuju ke bawah
dan terus ke bawah

pada sang sepi
ku tautkan sanjak ini
ketika malam
menuju puncaknya
di penghujung tahun

hari telah berganti
sinar awal tahun bercermin
menyiratkan berjuta ketidakpastian
ketika kesepian semakin hening
dalam diri yang berlinang kerinduan

ku hanya mampu
terus memandang cakrawala